Sunday, May 24, 2015

asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertiroid


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM EMDOKRIN : HIPERTIROID
Oleh
Ns. Nunung Nurhayati, S. Kep. M. Kep.

1.1  Konsep Penyakit
1.1.1        Definisi
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormon tiroid. Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009).
Hipertiroidisme adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J.Corwin:296).
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson:337).
Kesimpulan menurut kelompok, Hipertiroidisme merupakan suatu keadaan dimana didapatkan kelebihan hormon tiroid yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid belebihan.

1.1.2        Etiologi
Penyebab hipertiroid diantaranya:
1.      Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi
2.      Penyakit graves
Penyakit graves atau toksik goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibodi yang disebut thyroid-stimulating immunoglobulin (TSI) yang mendekati sel-sel tiroid. TSI meniru tindakan TSH dan merangsang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid (goiter) dan eksoftalmus (mata melotot).
3.      Nodul tiroid (Tiroiditis)
Merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphylococcus aureus, dan pneumococcus pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroiditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis postpartum, dan tiroiditis tersembunyi.
a.       Tiroiditis subakut
Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan.
b.      Tiroiditis postpartum
Tiroiditis postpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis postpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar sembuh.
c.         Tiroiditis tersembunyi
Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan karena autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga trejadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
4.      Konsumsi banyak yodium
Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sintesis hormon tiroid.

5.      Pengobatan hipotiroid
Terapi hipotiroid, pemberian obat-obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid.
6.      Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.

1.1.3        Manifestasi Klinis
1.      Sistem kardiovaskuler
Meningkatnya heart rate, stroke volume, kardiak output, peningkatan kebutuhan oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole dan diastole meningkat 10-15 mmHg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal jantung, edema.
2.      Sistem pernafasan
Cepat dan dalam, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3.      Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya output urin.
4.      Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adipose dan protein, penurunan serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah dan kram abdomen.
5.      Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan, tremor.
6.    Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah hangat, tidak toleran panas, keadaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
7.      Sistem endokrin
Biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8.      Sistem saraf
Meningkatnya refleks tendon dalam, tremor halus, gugup gelisah, emosi tidak stabil seperti kecemasan, curiga tegang dan emosional.
9.      Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya libido, impoten.
10.  Eksoftalmus
Yaitu keadaan dimana bola mata menonjol ke depan seperti mau keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi atau kelainan kornea.
Diagnosis hipertiroid dengan berdasarkan tanda dan gejala klinis dapat ditegakkan dengan penilaian Indeks Wayne.

Table 2.1 Indeks Wayne
Gejala Subyektif
Angka
Gejala Obyektif
Ada
Tidak
Dispneu d’effort
+1
Tiroid teraba
+3
-3
Palpitasi
+2
Bruit pada tiroid
+2
-2
Mudah lelah
+2
Eksoptalmus
+2
Suka panas
-5
Retraksi palpebra
+2
Suka dingin
+5
Palpebra terlambat
+1
Keringat banyak
+3
Hiperkinesis
+4
-2
Gugup
+2
Telapak tangan lembab
+2
-2
Tangan basah
+1
Nadi



Tangan panas
-1
< 80x/menit
-3
Nafsu makan >>
+3
> 90x/menit
+3

Nafsu makan <<
-3
Fibrilasi atrium
+4
Berat badan >>
-3



Berat badan <<
+3



Nilai:
< 11 : eutiroid
11 -  18 : normal
> 19 : hipertiroid

1.1.4        Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada normal. 
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan  dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior. 
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabkan peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia.
Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang.Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adregenik, sehingga denyut nadi menjadi lebih cepat, peningkatan cardiac output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur.
Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardia atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormone tiroid pada system kardiovaskular.
Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

1.1.5        Komplikasi
1.      Eksoftalmus
Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan karena penumpukan  cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
2.      Penyakit jantung
Terutama kardioditis dan gagal jantung. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok.
3.      Stroma tiroid (tirotoksitosis)
Pada periode akaut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat, derilium dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini merupakan keadaan emergensi, sehingga penanganan harus lebih khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark, overdosis obat.
Penanganan pasien dengan stroma tiroid adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glukokortokoid, dexsamethasone dan propylthiouracil oral. Beta blokers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi sarap simpatik dan takikardi.
4.      Krisis tiroid (thyroid storm)
Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan hormon tiroid dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia, dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian.      

1.1.6        Pemeriksaan Diagnostik
1.      Pemeriksaan laboratorium
a.       Serum T3, terjadi peningkatan (N: 70 – 250 ng/dl atau 1,2 – 3,4 SI unit)
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3 total, dalam serum. Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T4. Meskipun kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat atau menurun secara bersama-sama, namun kadar T4 tampaknya merupakan tanda yang akurat untuk menunjukan adanya hipertiroidisme, yang menyebabkan kenaikan kadar T4 lebih besar daripada kadar T3.
b.      Serum T4, terjadi peningkatan (N: 4 – 12 mcg/dl atau 51 – 154 SI unit)
Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan teknik radioimmunoassay atau peningkatan kompetitif. T4 terikat terutama dengan TBG dan prealbumin : T3 terikat lebih longgar. Tnormalnya terikat dengan protein. Setiap factor yang mengubah protein pangikat ini juga akan mengubah kadar T4.
c.       Indeks T4 bebas, meningkat (N: 0,8 – 2,4 ng/dl atau 10 – 31 SI unit)
d.      T3RU, meningkat (N: 24 – 34 %)
2.      TRH Stimulating test, menurun atau tidak ada respon TSH
Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH di hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes T3 dan T4 tidak dapat dianalisa. Pasien diminta berpuasa pada malam harinya.
Tiga puluh menit sebelum dan sesudah penyuntikan TRH secara intravena, sampel darah diambil untuk mengukur kadar TSH. Sebelum tes dilakukan, kepada pasien harus diingatkan bahwa penyuntikan TRH secara intravena dapat menyebabkan kemerahan pasa wajah yang bersifat temporer, mual, atau keinginan untuk buang air kecil.
3.      Tiroid antibodi antiglobulin antibodi, titer antiglobulin antibodi tinggi (N: titer < 1 : 100)
4.      Tirotropin reseptor antibodi (TSH-RAb), terjadi peningkatan pada penyakit graves.
5.      Ambilan Iodium Radioaktif
Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur kecepatan pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikan atau radionuklida lainnya dengan dosis tracer, dan pengukuran pada tiroid dilakukan dengan alat pencacah skintilas (scintillation counter) yang akan mendeteksi serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil penguraian dalam kelenjar tiroid.
Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang terdapat dalam kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Tes ambilan iodium-radioaktif merupakan pemeriksaan sederhana dan memberikan hasil yang dapat diandalkan.Penderita hipertiroidisme akan mengalami penumpukan dalam proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada sebagian pasien).
6.      Test penunjang lainnya
a.       CT Scan tiroid, mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid. Normalnya tiroid akan mengambil iodine 5 – 35 % dari dosis yang diberikan setelah 24 jam. Pada pasien hipertiroid akan meningkat.
b.      USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau nodule. Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan kelainan kistik atau solid pada tiroid. Kelainan solid lebih sering disebabkan keganasan dibanding dengan kelainan kistik. Tetapi kelainan kistikpun dapat disebabkan keganasan meskipun kemungkinannya lebih kecil.
7.      EKG, untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardi, atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan

1.1.7        Penatalaksanaan
1.      Terapi Umum
a.       Obat antitiroid
Biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya: propil tio urasil(PTU), karbimazol.- Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien berumur 35 tahun/lebih atau pasien yang hipertiroidnya kambuh setelah operasi.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak bisa disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil (trimester kedua), dan untuk pasien yang alergi terhadap obat/yodium radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadi penyembuhan spontan dalam waktu 1 tahun.
2.      Farmakoterapi
Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan di atas adalah:
a.       Carbimazole (karbimasol)
Berkhasiat dapat mengurangi produksi hormon tiroid. Mula-mula dosisnya bisa sampai 3-8 tablet sehari, tetapi bila sudah stabil bisa cukup 1-3 tablet saja sehari. Obat ini cukup baik untuk penyakit hipertiroid. Efek sampingnya yang agak serius adalah turunnya produksi sel darah putih (agranulositosis) dan gangguan pada fungsi hati. Ciri-ciri agranulositosis adalah sering sakit tenggorokan yangtidak sembuh-sembuh dan juga mudah terkena infeksi serta demam. Sedangkan ciri-ciri gangguan fungsi hati adalah rasa mual, muntah, dan sakit pada perut sebelah kanan, serta timbulnya warna kuning pada bagian putih mata, kuku, dan kulit.
b.      Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason)
Merupakan obat hormon kortikosteroid yang umumnya dipakai sebagai obat anti peradangan. Obat ini dapat digunakan untuk menghilangkan peradangan di kelenjar tiroid (thyroiditis).
c.       Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil)
Obat ini sebenarnya obat anti parkinson, yang dipakai untuk mengatasi gejala-gejala parkinson, seperti gerakan badan yang kaku, tangan yang gemetar dan sebagainya. Di dalam pengobatan hipertiroid, obat ini dipakai untuk mengobati tangan gemetar dan denyut jantung yang meningkat. Namun penggunaan obat ini pada pasien dengan penyakit hipertiroid harus berhati-hati, bahkan sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan denyut jantung yang cepat (takikardia). Pada pasien yang denyut nadinya terlalu cepat (lebih dari 120 kali per menit) dan tangan gemetar biasanya diberi obat lain yaitu propranolol, atenolol, ataupun verapamil.
3.      Terapi Lain
Adapun pengobatan alternatif untuk hipertiroid adalah mengkonsumsi bekatul. Para ahlimenemukan bahwa dalam bekatul terdapat kandungan vitamin B15, yang berkhasiat untuk menyempurnakan proses metabolisme di dalam tubuh kita. Selain hipertiroid, vitamin B15 juga dapat digunakan untuk mengobati diabetes melitus, hipertensi, asma, kolesterol dan gangguan aliran pembuluh darah jantung (coronair insufficiency), serta penyakit hati. Selain itu, vitamin B15 juga dapat meningkatkan pengambilan oksigen di dalam otak, menambah sirkulasi darah perifer dan oksigenisasi jaringan otot jantung.

1.2  Asuhan Keperawatan
1.2.1        Pengkajian
1.      Data Demografi
(nama klien, umur, diagnosa medik, tanggal masuk, alamat, suku, agama, pekerjaan, status perkawinan, status pendidikan)
2.      Pemeriksaan Fisik
a.       Aktivitas/istirahatat
Tanda dan gejala : insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah gangguan  koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
b.      Sirkulasi
Tanda dan gejala : disritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis palpitasi, nyeri dada (angina).
c.       Eliminasi
Tanda dan gejala : urine dalam jumlah banyak, perdarahan dalam feses, diare.
d.      Integritas ego
Tanda dan gejala : mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, (euphoria sedang sampai delirium), depresi.
e.       Makanan dan cairan
Tanda dan gejala : kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial
f.       Neurosensori
Tanda : bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku seperti :bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan beberapa bagian tersentak-sentak, hiperaktif, reflex tendon dalam (RTD).
g.      Nyeri atau kenyamanan
Gejala  : nyeri orbital, fotofobia.
h.      Pernafasan
Tanda : frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
i.        Keamanan
Gejala: tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan.
Tanda: suhu meningkat diatas 374oc, diaphoresis, kulit halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilap dan lurus, eksoftalmus retraksi, iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
j.        Seksualitas
Tanda: penurunan libido, hipomenorea, amenorea dan impoten.
k.      Penyuluhan/pembelajaran
Gejala  : adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid, riwayat hipotiroidisme, terapi hormone tiroid/pengobatan antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian.
3.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Tes ambilan RAI  : meningkat pada penyakit graves dan toksik    goiter noduler,    menurun pada tiroiditis.
b.      T4 dan T3 serum : meningkat.
c.       T4 dan T3 bebas serum : meningkat.
d.      TSH   : tertekan dan tidak berespons pada TRH (tiroid relasing hormon).
e.       Tiroglobulin  : meningkat.
f.       Elektrolit  : hiponatremia mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek dilusi terapi cairan pengganti hipokalemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan melalui gastrointestinal dan dieresis.
g.      Katekolamin serum  : menurun.
h.      Kreatinine urine    : meningkat.
i.        EKG  : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardimegali.
j.        USG dan thorak foto.

1.2.2        Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada klien  yang mengalami hipertiroidisme adalah sebagai berikut :
1.      Risiko  tinggi  terhadap  penurunan  curah  jantung  berhubungan  dengan  hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
2.      Kelelahan  berhubungan  dengan  hipermetabolik  dengan  peningkatan  kebutuhan energi.
3.      Risiko  tinggi  terhadap  perubahan  nutrisi  kurang  dari  kebutuhan  berhubungan dengan  peningkatan  metabolisme  (peningkatan  nafsu  makan/pemasukan  dengan penurunan berat badan).
4.      Risiko  tinggi  terhadap  kerusakan  integritas  jaringan  berhubungan  dengan perubahan  mekanisme  perlindungan  dari  mata  ;  kerusakan  penutupan  kelopak mata/eksoftalmus.
5.      Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
6.      Kurang  pengetahuan  mengenai  kondisi,  prognosis  dan  kebutuhan  pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
7.      Risiko  tinggi  perubahan  proses  pikir  berhubungan  dengan  perubahan  fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur.

1.2.3        Perencanaan / Intervensi
1.      Risiko  tinggi  terhadap  penurunan  curah  jantung  berhubungan  dengan  hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
Tujuan :Klien  akan  mempertahankan  curah  jantung  yang  adekuat  sesuai  dengan kebutuhan  tubuh,  dengan  kriteria  :  1)  Nadi  perifer  dapat  teraba  normal.  2)  Vital sign  dalam  batas  normal.  3)  Pengisian  kapiler  normal  4)  Status  mental  baik 5) Tidak ada disritmia
Intervensi :
a.       Pantau  tekanan  darah  pada  posisi  baring,  duduk  dan  berdiri  jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.
Rasional: Hipotensi umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat dari vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan volume sirkulasi.
b.      Periksa  kemungkinan  adanya  nyeri  dada  atau  angina  yang  dikeluhkan pasien.
Rasional :  Merupakan  tanda  adanya  peningkatan  kebutuhan  oksigen  oleh otot jantung atau iskemia.
c.       Auskultasi suara nafas. Perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels).
Rasional: S1 dan murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik.
d.      Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi.
Rasional :  Dehidrasi  yang  cepat  dapat  terjadi  yang  akan  menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung.
e.       Catat masukan dan haluaran.
Rasional :  Kehilangan  cairan  yang  terlalu  banyak  dapat  menimbulkan dehidrasi berat.
2.      Kelelahan  berhubungan  dengan  hipermetabolik  dengan  peningkatan  kebutuhan energi.
Tujuan :  Klien  akan  mengungkapkan  secara  verbal  tentang  peningkatan  tingkat energi.
Intervensi :
a.       Pantau tanda vital dan catat nadi baik istirahat maupun saat aktivitas.
Rasional: Nadi secara luas meningkat dan bahkan istirahat , takikardia mungkin ditemukan.
b.      Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional :  Menurunkan  stimulasi  yang  kemungkinan  besar  dapat  menimbulkan agitasi, hiperaktif, dan imsomnia.
c.       Sarankan pasien untuk mengurangi aktivitas.
Rasional: Membantu melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme.
d.      Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman seperti massage.
Rasional: Meningkatkan relaksasi.
3.      Risiko  tinggi  terhadap  perubahan  nutrisi  kurang  dari  kebutuhan  berhubungan dengan  peningkatan  metabolisme  (peningkatan  nafsu  makan/pemasukan  dengan penurunan berat badan).
Tujuan: Klien akan menunjukkan berat badan stabil dengankriteria :
a.       Nafsu makan baik.
b.      Berat badan normal.
c.       Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi :
a.       Catat adanya anoreksia, mual dan muntah.
Rasional :  Peningkatan  aktivitas  adrenergic  dapat  menyebabkan  gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkanhiperglikemia.
b.      Pantau masukan makanan setiap hari, timbang berat badan setiap hari.
Rasional :  Penurunan  berat  badan  terus  menerus  dalam  keadaan  masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
c.       Kolaborasi untuk pemberian diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan vitamin.
Rasional: Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasi makanan pengganti yang sesuai.
4.      Risiko  tinggi  terhadap  kerusakan  integritas  jaringan  berhubungan  dengan perubahan  mekanisme  perlindungan  dari  mata;  kerusakan  penutupan  kelopak mata/eksoftalmus.
Tujuan: Klien akan mempertahankan kelembaban membran mukosa mata, terbebas dari ulkus.
Intervensi :

a.       Observasi adanya edema periorbital.
Rasional: Stimulasi umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan.
b.      Evaluasi ketajaman mata.
Rasional: Oftalmopati infiltratif adalah akibat dari peningkatan jaringan retroorbita.
c.       Anjurkan pasien menggunakan kaca mata gelap.
Rasional: Melindungi kerusakan kornea.
d.      Bagian kepala tempat tidur ditinggikan.
Rasional: Menurunkan edema jaringan bila ada komplikasi.
5.      Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis; status hipermetabolik.
Tujuan: Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi dengan kriteria : Pasien tampak rileks.
Intervensi :
a.       Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas Rasional :  Ansietas  ringan  dapat  ditunjukkan  dengan  peka  rangsang  dan imsomnis.
b.      Bicara singkat dengan kata yang sederhana.
Rasional :  Rentang  perhatian  mungkin  menjadi  pendek,  konsentrasi berkurang, yang membatasi kemampuan untuk mengasimilasi informasi.
c.       Jelaskan prosedur tindakan.
Rasional :  Memberikan  informasi  yang  akurat  yang  dapat  menurunkan kesalahan interpretasi.
d.      Kurangi stimulasi dari luar.
Rasional: Menciptakan lingkungan yang terapeutik.
6.      Kurang  pengetahuan  mengenai  kondisi,  prognosis  dan  kebutuhan  pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan: Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria.
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya.
Intervensi :
a.       Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depan.
Rasional :  Memberikan  pengetahuan  dasar  dimana  pasien  dapat menentukan pilihan berdasarkana informasi.
b.      Berikan informasi yang tepat.
Rasional :  Berat  ringannya  keadaan,  penyebab,  usia  dan  komplikasi  yang muncul akan menentukan tindakan pengobatan.
c.       Identifikasi sumber stress
Rasional :  Faktor  psikogenik  seringkali  sangat  penting  dalam memunculkan/eksaserbasi dari penyakit ini.
d.      Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
Rasional: Mencegah munculnya kelelahan.
e.       Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid.
Rasional: Pasien  yang  mendapat pengobatan hipertiroid besar kemungkinan mengalami  hipotiroid  yang  dapat  terjadi  segera  setelah  pengobatan  selama  5 tahun kedepan.
7.      Risiko  tinggi  perubahan  proses  pikir  berhubungan  dengan  perubahan  fisiologik, peningkatan stimulasi SSP/mempercepat aktifitas mental, perubahan pola tidur.
Tujuan :  Mempertahankan  orientasi  realitas  umumnya,  mengenali  perubahan dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.
Intervensi :
a.       Kaji proses pikir pasien seperti memori, rentang perhatian, orientasi terhadap tempat, waktu dan orang.
Rasional :Menentukan adanya kelainan pada proses sensori.
b.      Catat adanya perubahan tingkah laku.
Rasional  :Kemungkinan  terlalu  waspada,  tidak  dapat  beristirahat,  sensitifitas meningkat  atau  menangis  atau  mungkin  berkembang  menjadi  psikotik  yang sesungguhnya.
c.       Kaji tingkat ansietas.
Rasional :Ansietas dapat merubah proses pikir.
d.      Ciptakan lingkungan yang tenang, turunkan stimulasi lingkungan.
Rasional  :Penurunan  stimulasi  eksternal  dapat  menurunkan hiperaktifitas/refleks, peka rangsang saraf, halusinaso pendengara.
e.       Orientasikan pasien pada tempat dan waktu.
Rasional :Membantu untuk mengembangkan dan mempertahankan kesadaran pada realita/lingkungan.
f.       Anjurkan keluarga atau orang terdekat lainnya untuk mengunjungi klien.
Rasional : Membantu dalam mempertahankan sosialisasi dan orientasi pasien.
g.      Kolaborasi  pemberian  obat  sesuai  indikasi  seperti  sedatif/tranquilizer,  atau obat anti psikotik.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan  hipersensitifitas saraf/agitasi untuk meningkatkan proses pikir.

1.2.4        Evaluasi
Hasil yang diharapkan adalah :
1.      Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
2.      Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi.
3.      Klien akan menunjukkan berat badan stabil.
4.      Klien  akan  mempertahankan  kelembaban  membran  mukosa mata,  terbebas  dari ulkus.
5.      Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi.
6.      Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya.
7.      Mempertahankan  orientasi  realitas  umumnya,  mengenali  perubahan  dalam berpikir/berprilaku dan faktor penyebab.

DAFTAR PUSTAKA

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta.
Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta.
Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta
Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.
FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta
Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC, Jakarta
Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi9), EGC, Jakarta
Hinchliff, 1999, Kamus Keperawatan, EGC, Jakarta
Price, S. A dan Wilson, L. M, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta
Sherwood, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, (edisi 21), EGC, Jakarta
Sobotta, 2003, Atlas Anatomi, (Edisi 21), EGC

No comments:

Post a Comment