ASUHAN KEPERAWATAN PADA
GANGGUAN SISTEM CARDIO VASKULER :
HIPERTENSI
Ns. Nunung Nurhayati, S. Kep., M. Kep.
A.
Anatomi Sistem Kardiovaskuler
1. Jantung, sebagai organ
pemompa darah.
2. Komponen darah, sebagai
pembawa materi oksigen dan nutrisi.
3. Pembuluh darah, sebagai media komponen darah.
Meliputi :
a)
Arteri, untuk transportasi darah dengan tekanan yang
tinggi ke jaringan – jaringan.
b)
Arteriol, sebagai katop pengontrol untuk mengatur
pengaliran darah ke kapiler.
c)
Kapiler, untuk proses difusi.
d)
Venula, untuk menampung darah dari kapiler dan secara
bertahap bergabung ke dalam vena yang lebih besar.
e)
Vena, sebagai jalur transportasi darah balik ke
jaringan untuk kembali ke jantung.
B.
Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan
abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120
mmHg (Sharon.L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah suatu
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih
dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih (Barbara hearrison, 1997).
Hipertensi adalah peningkatan
tekanan dar ah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih
dari 90 mmHg (Luckman Sorensan, 1996)
Hipertensi atau penyakit
tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah sehingga
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi berkurang.
Kondisi ini menyebabkan tekanan darah di
arteri meningkat dan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. (Buku “Waspada Penyakit-Penyakit Mematikan Tanpa Gejala Menyolok”.
Adi.D.Tilong, 2014).
Menurut Taufan Nugroho tahun
2011, hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik dimana menurut WHO
tekanan sistolik ≥140 mmHg dan tekanan diastoliknya > 90 mmHg (untuk usia
< 60 tahun) dan sistolik ≥ 90 dan tekanan diastoliknya > 95 mmHg (untuk
usia > 60 tahun).
Hipertensi adalah tekanan
darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya diatas 90 mmHg (Brunner dan Suddarth, 896 : 2002).
C.
Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi
menurut Elizabeth J. Carwin (2002 : 458), antara lain :
a.
Kecepatan denyut jantung
b.
Volume sekuncup
c.
Asupan tinggi garam
d.
Vaskontriksi arterior arteri kecil
e.
Stress berkepanjangan
f.
Genetik
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik, hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan Cardiac Output atau peningkatan tekanan
perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi hipertensi yaitu :
a.
Faktor penyakit
Penyakit yang berhubungan dengan hipertensi adalah
penyakit ginjal. Beberapa faktornya adalah kelainan hormonal (penyakit
endokrin, obat-obatan, dan penyakit jantung ).
b.
Faktor usia
Semakin tua usia seseorang risiko hipertensi semakin
tinggi. Hal ini disebabkan karena elastisitas pembuluh darah mengalami
penurunan. Sehingga, pada giliran menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan
tekanan darah pun meningkat.
c.
Faktor gender
Pria dan wanita mempunyai risiko yang berbeda. Pria
pada umur 45 tahun lebih berisiko mengalami hipertensi. Sedangkan pada umur 56
– 64 tahun tingkat risiko sama, tetapi wanita lebih berisiko terkena
hipertensi.
d.
Kurang gerak
Kurang gerak memiliki banyak efek buruk, terutama bila
gaya hidup pasif itu dimulai sejak usia muda. Sebab kurang gerak cenderung
dapat meningkatkan risiko penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah.
e.
Asupan garam
Konsumsi garam berlebihan menyebabkan ginjal yang
bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak daripada yang
seharusnya. Cairan ini menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah.
f.
Obesitas
Hubungan obesitas dan hipertensi yaitu penimbunan
lemak berlebih. Sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya volume plasma, penyempitan
pembuluh darah, dan memacu jantung untuk bekerja lebih berat.
g.
Kurang tidur
Orang yang kurang tidur bisa mengalami hipertensi.
Karena tidur akan mengalami fase gelombang otak yang dikenal slow wave sleep. Bagi yang kurang tidur
tidak mengalami fase ini.
h.
Makanan berlemak, kalori, dan kadar gula
Kandungan lemak dalam darah meningkat akan timbul
kolesterol dalam pembuluh darah, dan menyebabkan pembuluh darah menyempit, dan
tekanan darah meningkat. Kadar gula berlebih menyebabkan hipertensi dan
obesitas.
i.
Gaya hidup yang tidak sehat
Contohnya mengkonsumsi alcohol, kafein, dan merokok.
Kesemuanya ini dapat menyebabkan kekakuan pembuluh darah. Sehingga timbul
tekanan darah tinggi.
D.
Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol
konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada
medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak saraf simpatis, yang
berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di hantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan di lepaskannya norepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsangan vasokonstriksi.
Medulla adrenal mensekresi
epineprin, korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya.
Vasokontriksi mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I kemudian di ubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriksi kuat merangsang sekresi aldosterone oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulusginjal
yang menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Perubahan struktural dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahannya meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, menurunkan kemampuan
distensi dan gaya regang pembuluh darah. Sehingga aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh
jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.
E.
Manifestasi Klinik
1.
Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2.
Sakit kepala
3.
Epistaksis
4.
Pusing/migraine
5.
Muka pucat
6.
Rasa berat ditengkuk
7.
Susah tidur
8.
Suhu tubuh rendah
9.
Mata berkunang-kunang
10.
Lemah/lelah
11.
Mual dan perdarahan hidung
12.
Dyspnea
13.
Angina
14.
Insomnia
15.
Sesak nafas
16.
Gelisah
F.
pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan awal laboratorium
meliputi :
- Urinalisis : protein, leukosit, eritrosit, dan silinder
- Hemoglobin atau hematocrit
- Elektrolit darah : kalium
- Ureum atau kreatinin
- Gula darah
- Kolesterol total
- Elektrokardiografi menunjukan HVK sekitar 20 – 50 %
Apabila keuangan tidak menjadi
kendala, maka diperlukan pemeriksaan :
- TSH
- Leukosit darah
- Trigliserida, HDL dan kolesterol LDL
- Kalsium dan fosfor
- Foto toraks
- Ekokardiografi dilakukan karena dapat menemukan HVK lebih dini dan lebih spesifik
Indikasi :
a)
Konfirmasi gangguan jantung atau murmur
b)
Hipertensi dengan kelainan katup
c)
Hipertensi pada anak / remaja
d)
Hipertensi saat aktivitas, tetapi normal saat
istirahat
e)
Hipertensi disertai sesak nafas yang belum jelas
7. Ekokardiografi – Doppler dapat dipakai untuk
menilai fungsi diastolic
G.
Penatalaksanaan
1.
Non Farmakologis
a)
Diet pembatasan / pengurangan konsumsi garam.
Penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas renin dalam plasma dan kadar aldosteron dalam plasma.
b)
Aktivitas. Klien disarankan untuk berpartisipasi pada
kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis / sesuai dengan kemampuan seperti
: berjalan, jogging, dan berenang.
2.
Farmakologis
a)
Pengelolaan lipid agresif dan pemberian aspirin sangat
bermanfaat.
b)
Pasien hipertensi pasca – infark jantung sangat
mendapat manfaat pengobatan dengan β bloker, ACE inhibitor / antildosteron.
c)
Pasien hipertensi dengan risiko PJK yang tinggi
mendapat manfaat tinggi dengan pengobatan diuretic, β bloker, dan CCB.
d)
Pasien hipertensi dengan gangguan fungsi ventrikel
mendapat manfaat tinggi dengan pengobatan diuretic, ACE inhibitor / ARB, β
bloker dan antagonis aldosteron.
e)
Bila sudah dalam tahap gagal jantung hipertensi, maka
pengobatannya sama dengan pengobatan gagal jantung yang lain yaitu diuretk, ACE
inhibitor / ARB, β bloker dan penghambat aldosteron.
H.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi
pada hipertensi menurut Elizabeth J.Carwin
(2009) , antara lain :
1. Stroke
2. Infark miokard
3. Gagal ginjal
4. Kerusakan otak
5. Kejang
Sedangkan menurut Staifoellah
(2002) komplikasi pada hipertensi adalah pectoris, infark miokard, hipertensi
ventrikel kiri menyebabkan kegagalan jantung kongestif dan kerusakan ginjal
permanen menyebabkan kegagalan ginjal.
I. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Tn.B
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : laki – laki
Diagnosa medis : hipertensi
2. Keluhan
pasien
a)
Sudah 1 minggu pasien mengalami pusing dan palpitasi
b)
Lemas
c)
Fatique
d)
Diplopia
3. Pemeriksaan fisik
a)
TD : 170/110
mmHg
b)
HR :
90x/menit
c)
Suhu : 36° C
d)
RR :
20x/menit
Terapi obat : Captropil 12,5 mg (1x1)
I.
Diagnosa Keperawatan
- Risiko kekambuhan / ketidakpatuhan terhadap program perawatan diri yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pengobatan, aturan penanganan, dan control proses penyakit.
- Intoleransi aktivitas
- Peningkatan tekanan darah
- Gangguan rasa nyaman yaitu pusing berhubung dengan kelelahan
- Gangguan aman nyaman berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
J.
Rencana Intervensi
- Risiko kekambuhan / ketidakpatuhan terhadap program perawatan diri yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pengobatan, aturan penanganan, dan control proses penyakit.
Tujuan : dalam
waktu 1 x 24 jam pengetahuan program pengobatan, dan Kontrol penyakit dapat
terpenuhi.
Kriteria hasil :
a.
Secara subjektif klien menyatakan motivasi yang kuat
untuk melaksanakan program terapi.
b.
Kemampuan klien dalam faktor – faktor yang
meningkatkan tekanan darah.
c.
Saat kunjungan rumah / cek di rumah sakit tidak
terdapat peningkatan tekanan darah.
Intervensi
|
Rasional
|
|
Diskusikan dengan klien mengenai tekanan
darah normal
|
Diharapkan dapat mempermudah menerangkan
penyakitnya
|
|
Diskusikan farmakokinetik dan
farmakodinamik obat - obat hipertensi yang dimiliki klien
|
Pemahaman yang baik tentang fungsi
setiap obat dapat membantu proses
interaksi obat - obat yang diminum
|
|
Jelaskan kepada klien dan keluarga
mengenai faktor - faktor yang dapat meningkatkan risiko kambuh
|
Agar klien dapat menghindari faktor -
faktor yang meningkatkan risiko kambuh dan keluarga dapat memberikan
lingkungan yang mendukung penyembuhan
|
|
Diskusi dengan klien mengenai jenis
makanan rendah garam dan rendah lemak
|
Diharapkan agar klien dapat mengurangi
konsumsi makanan tersebut untuk mengurangi risiko kambuh
|
|
Jelaskan mengenai manfaat diet rendah
garam, rendah lemak dan mempertahankan berat yang ideal
|
Rendah garam untuk mengurangi retensi
cairan, rendah lemak untuk mengurangi kolesterol dan berat badan ideal untuk
mengurangi beban kerja jantung
|
|
Berikan dukungan pada klien dan keluarga
tentang pentingnya program pemeliharaan tekanan darah
|
Dukungan yang baik akan meningkatkan
kemauan klien dan keluarga untuk mendukung pemeliharaan tekanan darah
|
|
Menyarankan kepada keluarga agar
memanfaatkan sarana kesehatan di masyarakat
|
Untuk memudahkan klien dalam memantau
status kesehatannya
|
|
Setelah minum obat antihipertensi, maka
pantau TTV terutama tekanan darah dan nadi
|
Efektivitas terapi obat ditentukan
dengan terpeliharanya tekanan darah dan nadi yang diinginkan
|
|
Setelah minum obat antihipertensi jangka
panjang, maka lakukan pemantauan elektrolit serum terutama kadar kalium serum
|
Retensi natrium dan air dapat terjadi
pada kebanyakan obat - obat simpatolitik. Diuretik sering diresepkan sebagai
bagian dari regimen obat dan kehilangan elektrolit serta ketidakseimbangan
elektrolit dapat terjadi
|
|
2. Intoleransi aktivitas
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan klien 3 x 24 jam klien dapat melakukan aktivitas.
Kriteria hasil :
a.
Klien tidak dibantu dalam pemenuhan pekerjaan rutin
sehari – hari.
b.
Tidak semua kebutuhan klien dibantu.
c.
Klien bermobilisasi aktif.
Intervensi
|
Rasional
|
|
Kaji derajat intoleransi aktivitas
|
Untuk mengetahui derajat intoleransi
aktivitas
|
|
Libatkan keluarga untuk membantu ADL
klien
|
Untuk memenuhi ADL klien
|
|
Anjurkan klien untuk sedikit demi
sedikit bermobilisasi aktif
|
Untuk melatih klien supaya dapat
mobilisasi aktif
|
|
3. Peningkatan
tekanan darah
Tujuan : setelah dilakukan intervensi 1 x
24 jam tekanan darah normal.
Kriteria hasil :
a.
Tekanan darah 120 – 80 mmHg
b.
Klien tidak mengalami palpitasi
Intervensi
|
Rasional
|
|
Periksa tekanan darah dengan waktu yang
berkala 2 - 3 jam sekali
|
Peningkatan tekanan darah dapat terjadi
secara spontan
|
|
Berikan obat yang sesuai untuk
menetralkan atau menurunkan tekanan darah
|
Menurunkan tekanan darah
|
|
4. Gangguan rasa
nyaman yaitu pusing berhubung dengan kelelahan
Tujuan : pusing berkurang / hilang dan
klien tidak kelelahan
Kriteria hasil :
a.
Klien tidak mengalami pusing atau kelelahan
b.
Klien terlihat nyaman
Intervensi
|
Rasional
|
|
Berikan posisi yang nyaman
|
Posisi dan suasana yang nyaman dapat
membuat perasaan lebih baik
|
|
Kaji tingkat pusing
|
Mengetahui nyeri yang di alami klien
|
|
Berikan obat untuk menghilangkan pusing
|
Menurunkan pusing pada bagian kepala
|
|
5. Gangguan aman
nyaman berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi
selama 1 x 24 jam tekanan darah normal
Kriteria hasil :
a)
Tekanan darah normal yaitu 120/80
b)
Klien tidak mengalami palpitasi
Intervensi
|
Rasional
|
|
Periksa tekanan darah secara berkala 2 -
3 jam sekali
|
Peningkatan tekanan darah dapat terjadi
secara spontan
|
|
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
obat anti hipertensi yaitu dengan menggunakan captropil
|
Captropil dapat menurunkan tekanan darah
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi.Jakarta: Penerbit Salemba.