Wednesday, November 18, 2015

ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM CARDIO VASKULER : HIPERTENSI


ASUHAN KEPERAWATAN PADA
GANGGUAN SISTEM CARDIO VASKULER :
HIPERTENSI
Ns. Nunung Nurhayati, S. Kep., M. Kep.

A.    Anatomi Sistem Kardiovaskuler
1. Jantung, sebagai organ pemompa darah.
2. Komponen darah, sebagai pembawa materi oksigen dan nutrisi.
3. Pembuluh  darah, sebagai media komponen darah.
Meliputi :
a)      Arteri, untuk transportasi darah dengan tekanan yang tinggi ke jaringan – jaringan.
b)      Arteriol, sebagai katop pengontrol untuk mengatur pengaliran darah ke kapiler.
c)      Kapiler, untuk proses difusi.
d)     Venula, untuk menampung darah dari kapiler dan secara bertahap bergabung ke dalam vena yang lebih besar.
e)      Vena, sebagai jalur transportasi darah balik ke jaringan untuk kembali ke jantung.

B.     Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon.L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih (Barbara hearrison, 1997).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan dar ah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensan, 1996)
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah sehingga mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi berkurang.



 Kondisi ini menyebabkan tekanan darah di arteri meningkat dan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. (Buku “Waspada Penyakit-Penyakit Mematikan Tanpa Gejala Menyolok”. Adi.D.Tilong, 2014).
Menurut Taufan Nugroho tahun 2011, hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik dimana menurut WHO tekanan sistolik ≥140 mmHg dan tekanan diastoliknya > 90 mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan sistolik ≥ 90 dan tekanan diastoliknya > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Brunner dan Suddarth, 896 : 2002).

C.     Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi menurut Elizabeth J. Carwin (2002 : 458), antara lain :
a.    Kecepatan denyut jantung
b.    Volume sekuncup
c.    Asupan tinggi garam
d.   Vaskontriksi arterior arteri kecil
e.    Stress berkepanjangan
f.     Genetik
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik, hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan Cardiac Output atau peningkatan tekanan perifer. Namun  ada beberapa faktor yang mempengaruhi hipertensi yaitu :
a.    Faktor penyakit
Penyakit yang berhubungan dengan hipertensi adalah penyakit ginjal. Beberapa faktornya adalah kelainan hormonal (penyakit endokrin, obat-obatan, dan penyakit jantung ).

b.      Faktor usia
Semakin tua usia seseorang risiko hipertensi semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena elastisitas pembuluh darah mengalami penurunan. Sehingga, pada giliran menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan tekanan darah pun meningkat.
c.       Faktor gender
Pria dan wanita mempunyai risiko yang berbeda. Pria pada umur 45 tahun lebih berisiko mengalami hipertensi. Sedangkan pada umur 56 – 64 tahun tingkat risiko sama, tetapi wanita lebih berisiko terkena hipertensi.
d.      Kurang gerak
Kurang gerak memiliki banyak efek buruk, terutama bila gaya hidup pasif itu dimulai sejak usia muda. Sebab kurang gerak cenderung dapat meningkatkan risiko penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah.
e.       Asupan garam
Konsumsi garam berlebihan menyebabkan ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak daripada yang seharusnya. Cairan ini menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah.
f.       Obesitas
Hubungan obesitas dan hipertensi yaitu penimbunan lemak berlebih. Sehingga dapat mengakibatkan meningkatnya volume plasma, penyempitan pembuluh darah, dan memacu jantung untuk bekerja lebih berat.
g.      Kurang tidur
Orang yang kurang tidur bisa mengalami hipertensi. Karena tidur akan mengalami fase gelombang otak yang dikenal slow wave sleep. Bagi yang kurang tidur tidak mengalami fase ini.


h.      Makanan berlemak, kalori, dan kadar gula
Kandungan lemak dalam darah meningkat akan timbul kolesterol dalam pembuluh darah, dan menyebabkan pembuluh darah menyempit, dan tekanan darah meningkat. Kadar gula berlebih menyebabkan hipertensi dan obesitas.
i.        Gaya hidup yang tidak sehat
Contohnya mengkonsumsi alcohol, kafein, dan merokok. Kesemuanya ini dapat menyebabkan kekakuan pembuluh darah. Sehingga timbul tekanan darah tinggi.

D.    Patofisiologi
         Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jarak saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di hantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan di lepaskannya norepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriksi.
          Medulla adrenal mensekresi epineprin, korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya. Vasokontriksi mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I kemudian di ubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriksi kuat merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulusginjal yang menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
          


          Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh  perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahannya meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, menurunkan kemampuan distensi dan gaya regang pembuluh darah. Sehingga aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa oleh jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

E.     Manifestasi Klinik
1.      Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2.      Sakit kepala
3.      Epistaksis
4.      Pusing/migraine
5.      Muka pucat
6.      Rasa berat ditengkuk
7.      Susah tidur
8.      Suhu tubuh rendah
9.      Mata berkunang-kunang
10.  Lemah/lelah
11.  Mual dan perdarahan hidung
12.  Dyspnea
13.  Angina
14.  Insomnia
15.  Sesak nafas
16.  Gelisah




F.      pemeriksaan Penunjang
    Pemeriksaan awal laboratorium meliputi :
  1. Urinalisis : protein, leukosit, eritrosit, dan silinder
  2. Hemoglobin atau hematocrit
  3. Elektrolit darah : kalium
  4. Ureum atau kreatinin
  5. Gula darah
  6. Kolesterol total
  7. Elektrokardiografi menunjukan HVK sekitar 20 – 50 %
   Apabila keuangan tidak menjadi kendala, maka diperlukan pemeriksaan :
  1. TSH
  2. Leukosit darah
  3. Trigliserida, HDL dan kolesterol LDL
  4. Kalsium dan fosfor
  5. Foto toraks
  6. Ekokardiografi dilakukan karena dapat menemukan HVK lebih dini dan lebih spesifik
Indikasi :
a)      Konfirmasi gangguan jantung atau murmur
b)      Hipertensi dengan kelainan katup
c)      Hipertensi pada anak / remaja
d)     Hipertensi saat aktivitas, tetapi normal saat istirahat
e)      Hipertensi disertai sesak nafas yang belum jelas
       7.  Ekokardiografi – Doppler dapat dipakai untuk menilai fungsi diastolic

G.    Penatalaksanaan
1.      Non Farmakologis
a)      Diet pembatasan / pengurangan konsumsi garam. Penurunan berat badan dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas renin dalam plasma dan kadar aldosteron dalam plasma.
b)      Aktivitas. Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis / sesuai dengan kemampuan seperti : berjalan, jogging, dan berenang.
2.      Farmakologis
a)      Pengelolaan lipid agresif dan pemberian aspirin sangat bermanfaat.
b)      Pasien hipertensi pasca – infark jantung sangat mendapat manfaat pengobatan dengan β bloker, ACE inhibitor / antildosteron.
c)      Pasien hipertensi dengan risiko PJK yang tinggi mendapat manfaat tinggi dengan pengobatan diuretic, β bloker, dan CCB.
d)     Pasien hipertensi dengan gangguan fungsi ventrikel mendapat manfaat tinggi dengan pengobatan diuretic, ACE inhibitor / ARB, β bloker dan antagonis aldosteron.
e)      Bila sudah dalam tahap gagal jantung hipertensi, maka pengobatannya sama dengan pengobatan gagal jantung yang lain yaitu diuretk, ACE inhibitor / ARB, β bloker dan penghambat aldosteron.

H.    Komplikasi
        Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi menurut Elizabeth J.Carwin  (2009) , antara lain :
1. Stroke
2. Infark miokard
3. Gagal ginjal
4. Kerusakan otak
5. Kejang
Sedangkan menurut Staifoellah (2002) komplikasi pada hipertensi adalah pectoris, infark miokard, hipertensi ventrikel kiri menyebabkan kegagalan jantung kongestif dan kerusakan ginjal permanen menyebabkan kegagalan ginjal.

I. Pengkajian
      1. Identitas pasien
            Nama                  : Tn.B
            Umur                  : 56 tahun
            Jenis kelamin      : laki – laki
            Diagnosa medis : hipertensi
     2. Keluhan  pasien
a)      Sudah 1 minggu pasien mengalami pusing dan palpitasi
b)      Lemas
c)      Fatique
d)     Diplopia
     3. Pemeriksaan fisik
a)      TD      : 170/110 mmHg
b)      HR     : 90x/menit
c)      Suhu   : 36° C
d)     RR      : 20x/menit
Terapi obat      : Captropil 12,5 mg (1x1)

I.       Diagnosa Keperawatan 
  1. Risiko kekambuhan / ketidakpatuhan terhadap program perawatan diri yang  berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pengobatan, aturan penanganan, dan control proses penyakit.
  2. Intoleransi aktivitas
  3. Peningkatan tekanan darah
  4. Gangguan rasa nyaman yaitu pusing berhubung dengan kelelahan
  5. Gangguan aman nyaman berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.

J.       Rencana Intervensi
  1. Risiko kekambuhan / ketidakpatuhan terhadap program perawatan diri yang  berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pengobatan, aturan penanganan, dan control proses penyakit.
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam pengetahuan program pengobatan, dan Kontrol penyakit dapat terpenuhi.  
Kriteria hasil :
a.       Secara subjektif klien menyatakan motivasi yang kuat untuk melaksanakan program terapi.
b.      Kemampuan klien dalam faktor – faktor yang meningkatkan tekanan darah.
c.       Saat kunjungan rumah / cek di rumah sakit tidak terdapat peningkatan tekanan darah.

Intervensi
Rasional

Diskusikan dengan klien mengenai tekanan darah normal
Diharapkan dapat mempermudah menerangkan penyakitnya



Diskusikan farmakokinetik dan farmakodinamik obat - obat hipertensi yang dimiliki klien
Pemahaman yang baik tentang fungsi setiap obat dapat membantu proses  interaksi obat - obat yang diminum



Jelaskan kepada klien dan keluarga mengenai faktor - faktor yang dapat meningkatkan risiko kambuh
Agar klien dapat menghindari faktor - faktor yang meningkatkan risiko kambuh dan keluarga dapat memberikan lingkungan yang mendukung penyembuhan




Diskusi dengan klien mengenai jenis makanan rendah garam dan rendah lemak
Diharapkan agar klien dapat mengurangi konsumsi makanan tersebut untuk mengurangi risiko kambuh



Jelaskan mengenai manfaat diet rendah garam, rendah lemak dan mempertahankan berat yang ideal
Rendah garam untuk mengurangi retensi cairan, rendah lemak untuk mengurangi kolesterol dan berat badan ideal untuk mengurangi beban kerja jantung




Berikan dukungan pada klien dan keluarga tentang pentingnya program pemeliharaan tekanan darah
Dukungan yang baik akan meningkatkan kemauan klien dan keluarga untuk mendukung pemeliharaan tekanan darah



Menyarankan kepada keluarga agar memanfaatkan sarana kesehatan di masyarakat
Untuk memudahkan klien dalam memantau status kesehatannya



Setelah minum obat antihipertensi, maka pantau TTV terutama tekanan darah dan nadi
Efektivitas terapi obat ditentukan dengan terpeliharanya tekanan darah dan nadi yang diinginkan



Setelah minum obat antihipertensi jangka panjang, maka lakukan pemantauan elektrolit serum terutama kadar kalium serum
Retensi natrium dan air dapat terjadi pada kebanyakan obat - obat simpatolitik. Diuretik sering diresepkan sebagai bagian dari regimen obat dan kehilangan elektrolit serta ketidakseimbangan elektrolit dapat terjadi







   2. Intoleransi aktivitas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan klien 3 x 24 jam klien dapat melakukan aktivitas.
Kriteria hasil :
a.       Klien tidak dibantu dalam pemenuhan pekerjaan rutin sehari – hari.
b.      Tidak semua kebutuhan klien dibantu.
c.       Klien bermobilisasi aktif.  
Intervensi
Rasional

Kaji derajat intoleransi aktivitas
Untuk mengetahui derajat intoleransi aktivitas



Libatkan keluarga untuk membantu ADL klien
Untuk memenuhi ADL klien



Anjurkan klien untuk sedikit demi sedikit bermobilisasi aktif
Untuk melatih klien supaya dapat mobilisasi aktif




3. Peningkatan tekanan darah
    Tujuan : setelah dilakukan intervensi 1 x 24 jam tekanan darah normal.
    Kriteria hasil :
a.       Tekanan darah 120 – 80 mmHg
b.      Klien tidak mengalami palpitasi
Intervensi
Rasional

Periksa tekanan darah dengan waktu yang berkala 2 - 3 jam sekali
Peningkatan tekanan darah dapat terjadi secara spontan



Berikan obat yang sesuai untuk menetralkan atau menurunkan tekanan darah
Menurunkan tekanan darah




4. Gangguan rasa nyaman yaitu pusing berhubung dengan kelelahan
     Tujuan : pusing berkurang / hilang dan klien tidak kelelahan
     Kriteria hasil :
a.       Klien tidak mengalami pusing atau kelelahan
b.      Klien terlihat nyaman

Intervensi
Rasional

Berikan posisi yang nyaman
Posisi dan suasana yang nyaman dapat membuat perasaan lebih baik


Kaji tingkat pusing
Mengetahui nyeri yang di alami klien


Berikan obat untuk menghilangkan pusing
Menurunkan pusing pada bagian kepala



5. Gangguan aman nyaman berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
     Tujuan : setelah dilakukan intervensi selama 1 x 24 jam tekanan darah normal
      Kriteria hasil :
a)      Tekanan darah normal yaitu 120/80
b)      Klien tidak mengalami palpitasi
Intervensi
Rasional

Periksa tekanan darah secara berkala 2 - 3 jam sekali
Peningkatan tekanan darah dapat terjadi secara spontan


kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti hipertensi yaitu dengan menggunakan captropil
Captropil dapat menurunkan tekanan darah



DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan Hematologi.Jakarta: Penerbit Salemba.